Lesbumi PCNU Bangil Helat Jagongan Santai di Roudlotul Hamdi Rembang

Nubangil.or.id – Sebagai bentuk pemantapan kepengurusan masa khidmah 2019 – 20124, Lesbumi PCNU Bangil menggelar pertemuan konsolidasi internal, Sabtu, 20 Juli 2019, bertempat di kediaman Gus Zainul Arifin, salah satu pengurus Lesbumi, yakni di Roudlotul Hamdi, Rembang, Pasuruan. Agenda kedua ini merupakan “rekomendasi” dari rapat perdana yang dilaksanakan di Graha NU, pada 10 Juli beberapa hari sebelumnya.
Setelah dibuka secara resmi oleh Kang Farid, sekretaris Lesbumi, Muhammad Najib selaku ketua definitif meminta kepada para anggota rapat untuk bertawasul kepada Nabi Muhammad saw dan para mu’assis NU, dengan harapan bahwa segala ikhtiar yang hendak dirancangkan mampu terealisasi dengan lancar dan penuh keberkahan.
Secara taktis, konsolidasi yang didesain dengan jagong santai ini adalah terjemahan konkrit dari intruksi PCNU Bangil agar tiap lembaga dan banom yang berada di bawah naungannya, sesegera mungkin melakukan langkah-langkah stretagis untuk merampungkan struktur kepengurusan, dan kemudian menyelenggarakan rapat kerja. “Malam ini adalah tindak lanjut untuk fiksasi kepengurusan dan menyiapkan semacam acuan untuk program kerja lima tahun ke depan,” tandas Muhammad Najib.
Beberapa nama yang termaktub dalam rancangan struktur kepengurusan kemudian dibacakan oleh mantan ketua Komisariat PMII Pancawahana ini, lalu diperkenalkan satu-satu. Di level penasehat, muncul nama-nama dari beberapa sosok yang dianggap kredibel, di antaranya adalah KH. Mushollin dari Pandaan, KH. Rifa’i, pengasuh pesantren Nurudh Dholam, Beji, dan Gus Wildan yang merupakan mantan ketua Lesbumi periode sebelumnya.
Di level divisi, Najib mengenalkan beberapa nama yang dianggap memiliki kapabilitas dan kepakarannya di bidang masing-masing. Ada Pak Anto, guru seni yang sudah lama bergelut dengan dunia kesenian dan memiliki aksesibilitasnya di khalayak masyarakat. Ada Kang Thoyyib, praktisi seni lukis yang ahli mengukir wajah pada selembar daun, dan nama-nama lainnya.
Setelah pengenalan nama-nama pengurus, pembicaraan berikutnya adalah bincang-bincang mengenai rencana program kerja ke depan, yang secara legal-formal nanti bakal dirapatkan secara khusus di forum lanjutan. Untuk membicarakan program kerja, kata Najib, yang pertama harus dilakukan adalah menentukan skala dan rentang kerja kepengurusan, apakah akan menyusun program kerja pertahun, atau langsung lima tahun. Mapping potensi dan segmentasi garapan kerja, akan sangat membantu.
Akan tetapi, menurut Kang Anam, mantan pengurus Lesbumi periode sebelumnya yang dianugerahi skill multitalenta ini, ada baiknya menelaah telebih dahulu bagaimana kondisi mutakhir dinamika kehidupan seni dan budaya yang ada di Pasuruan, dan Bangil khususnya, sebagai poin of view dalam menyusun kerangka kerja satu periode kepengurusan.
Secara historis, kehadiran Lesbumi PCNU Bangil baru menampakkan geliatnya sejak dua tahun terakhir, yakni tahun-tahun terakhir kepengurusan PCNU demisioner. Itupun bukan tanpa hambatan. “Bahkan ada yang masih bertanya, ‘Ngapain ada Lesbumi, kan sudah ada Ishari?’ misalnya,” terang Kang Anam. Artinya, dalam pandangan beberapa pengurus PCNU Bangil kala itu, keberadaan Ishari sudah cukup mewakili organ seni budaya di tubuh NU.
Posisi Lesbumi, dalam dataran praksisnya, memang serba ewuh. Sebab, secara normatif, ia akan selalu berhadapan dengan kontroversi tafsir mengenai piranti-piranti kesenian musik yang dalam pemahaman sebagian ulama’ dianggap bagian dari âlâtul malâhî, “alat-alat yang melenakan”, yang status hukum penggunannya adalah haram. “Jadi, tugas Lesbumi itu berat. Karena harus mengintegrasikan dan memadukan dua unsur yang cenderung dianggap berseberangan”, jelas Kang Anam.
Peran dan fungsi utama Lesbumi sendiri saat rakornas LESBUMI PBNU salah satunya adalah merestorasi nilai-nilai kebudayaan dan kearifan lokal yang mulai terkikis di tengah masyarakat. Untuk itu, upaya penggalian unsur-unsur kebudayaan dan katalogisasi jenis-jenis kesenian tradisional masyarakat harus dijadikan agenda prioritas. Dolanan jaman mbiyen, misalnya, sudah saatnya direaktualisasi ke dalam kesadaran generasi milenial kita, mengingat di dalamnya tersimpan pesan-pesan moral para leluhur.
Festival dolanan tradisional ini menjadi topik menarik dalam agenda jagongan santai Lesbumi yang di kediaman Gus Zainul Arifin ini. Bahkan, dengan sedikit sentuhan kreativitas dan inovasi, dolanan tradisonal bisa diimprovisasikan pada konsep outbond dalam domain pengembangan pariwisata di Pasuruan. Dan itu bisa menjadi daya tarik tersendiri. “Selama ini outbond-outbond yang ada masih berupa permainan modern,” tegas Pak Anto.
Di Rembang sendiri, ada Jam’iyyah Muta’allimat yang sampai saat ini melestarikan seni Pegebluk sebagai media transmisi dakwah Islam ke tengah masyarakat. Pagebluk merupakan ritual zikir dengan menabuh bantal dan diisi dengan pembacaan syair-syair dalam bahasa Madura yang kontennya adalah penguraian hukum-hukum Islam, seperti cara bersuci, dan ibadah-idabah lainnya.
Acara makan-makan menjadi pamungkas dari rentetan jagongan santai Lesbumi PCNU Bangil ini.