Rembang, NU Bangil Online
Sebagai bentuk rasa syukur atas datangnya bulan Muharram 1441 H., Jam’iyyah Manesan menggelar santunan anak yatim yang dibarengkan dengan kegiatan rutinitas bulanan mereka, yaitu Yasin, Tahlil dan Kajian Aswaja.
Acara yang diprakarsai oleh Jam’iyyah yang beranggotakan hampir 1000 orang dari kalangan Nahdliyyin di tiga desa, yakni Rembang, Orobulu, dan Krengi, ini bertempat di musholla Raudhotul Hamdi, Rembang, Pasuruan, Kamis (12/09/2019) bakda Isya’.
Setelah pembacaan tahlil dan Yasin, Gus Zainul Arifin, tuan rumah pada acara ini dalam sambutannya menandaskan bahwa menyantuni anak yatim terutama di bulan Muharram, memiliki keistimewaan tersendiri. Lelaki yang kembali dipercaya menjadi nahkoda PAC Ansor Rembang ini mengajak para jama’ah agar tak segan-segan menyantuni anak yatim dan faqir miskin.
Pada sesi sambutan sekaligus pemantapan keaswajaan, Gus Aqib, mengingatkan kepada seluruh hadirin agar tidak tebang pilih dalam menyantuni anak yatim. Tidak pandang bulu dan tidak pilih kasih. “Baik ibunya masih muda atau sudah tua, harus sama-sama dikasihi,” tandasnya.
Agenda rutin pelestarian tradisi Aswaja an-Nahdliyyah di kecamatan Rembang ini berjalan khidmah, meriah, dan tampak kolosal. Hampir seribuan orang memadati halaman mushalla Raudhotul Hamdi, tua-muda, tumplek blek jadi satu dalam harmoni.
Perlu diketahui, nama Jam’iyyah Manesan yang berdiri sejak tahun 2003 dan dirutinkan sebulan sekali setiap malam Jum’at Legi ini diambil dari istilah bahasa Madura, yang berarti manis. Diksi Manesan sendiri, menurut dialek dan konsonan tak baku dari kata manisan, biasanya berkonotasi dengan kata permen dalam bahasa Indonesia.
“Manesan diambil dari bahasa Madura manis atau legi, karena diadakan tiap malam Jum’at legi,” tuturnya kepada NU Bangil Online. (tdj/bee)
